Lamun (seagrass) adalah
tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat tumbuh denganbaik dalam lingkungan
laut dangkal (WOOD et al. 1969). Semua lamun adalah tumbuhan berbiji satu (monokotil)
yang mempunyai akar, rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah seperti halnya
dengan tumbuhan berpembuluh yang tumbuh di darat. Jadi sangat berbeda dengan
rumput laut (algae).
Suatu hamparan laut dangkal
yang didominasi oleh tumbuhan lamun dikenal sebagai padang lamun. Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan
dasar pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan
anggota bangsa Alismatales
yang beradaptasi di air asin.
Padang lamun hanya dapat terbentuk pada perairan
laut dangkal (kurang dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari
perairan (selalu tergenang). Ia dapat dianggap sebagai bagian dari ekosistem mangrove, walaupun padang lamun dapat
berdiri sendiri. Padang lamun juga dapat dilihat sebagai ekosistem antara
ekosostem mangrove dan terumbu
karang.
Lamun dapat ditemukan di
seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah
ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan sekitar 15 jenis yang
termasuk ke dalam 2 famili yaitu : Hydrocharitacea ( 9 marga, 35 jenis ) dan
Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis). Jenis yang membentuk komunitas padang
lamun tunggal, antara lain : Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila
ovalis, Cymodoceae serulata, dan Thallasiadendron ciliatum. Dari beberpa jenis
lamun, Thalasiadendron ciliatum mempunyai sebaran yang terbatas, sedangkan
Halophila spinulosa tercatat di daerah Riau, Anyer, Baluran, Irian Jaya,
Belitung dan Lombok. Begitu pula Halophila decipiens baru ditemukan di Teluk
Jakarta, Teluk Moti-Moti dan Kepulaun Aru (Den Hartog, 1970; Azkab, 1999;
Bengen 2001).
Di padang lamun atau
pada ekosistem lamun terdapat banyak organisme yang hidup atau berasosiasi
dengan padang lamun tersebut seperti ikan, kepiting, udang, lobster, seaurchin
(bulu babi), dan lainnya. Sebagian besar organisma pantai (ikan,
udang, kepiting dll) mempunyai hubungan ekologis dengan habitat lamun. Sebagai
habitat yang ditumbuhi berbagai spesies lamun, padang lamun memberikan tempat
yang sangat strategis bagi perlindungan ikan-ikan kecil dari “pengejaran”
beberapa predator, juga tempat hidup dan mencari makan bagi beberapa jenis
udang dan kepiting.
Lamun, merupakan bagian dari beberapa ekosistem dari wilayah pesisir dan
lautan perlu dilestarikan, memberikan kontribusi pada peningkatan hasil
perikanan dan pada sektor lainya seperti pariwisata. Oleh karena itu perlu
mendapatkan perhatian khusus seperti halnya ekosistem lainnya dalam wilayah
pesisir untuk mempertahankan kelestariannya melalui pengelolaan secara terpadu.
Secara langsung dan tidak langsung memberikan manfaat untuk meningkatkan
perekonomian terutama bagi penduduk di wilayah pesisir.
Habitat lamun dapat dipandang sebagai suatu komunitas, dalam hal ini
padang lamun merupakan suatu kerangka struktural yang berhubungan dalam proses
fisik atau kimiawi yang membentuk sebuah ekosistem. Mengingat pentingnya
peranan lamun bagi ekosistem di laut dan semakin besarnya tekanan gangguan baik
oleh aktifitas manusia maupun akibat alami, maka perlu diupayakan usaha
pelestarian lamun melalui pengelolaan yang baik pada ekosistem padang lamun.
Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya,
dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup
beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustasea, moluska ( Pinna sp, Lambis
sp, Strombus sp), Ekinodermata ( Holothuria sp, Synapta sp, Diadema sp,
Arcbaster sp, Linckia sp) dan cacing ( Polichaeta)
(Bengen, 2001).
Secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem.
Lamun merupakan sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi biota
perairan dan melindungi mereka dari serangan predator. Lamun juga menyokong
rantai makanan dan penting dalam proses siklus nutrien serta sebagai pelindung
pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi (Romimohtarto dan
Juwana, 1999).
Ekosistem Padang Lamun memiliki diversitas dan densitas fauna yang
tinggi dikarenakan karena gerakan daun lamun dapat merangkap larva invertebrata
dan makanan tersuspensi pada kolom air. Alasan lain karena batang lamun dapat
menghalangi pemangsaan fauna bentos sehingga kerapatan dan keanekaragaman fauna
bentos tinggi.
Lamun juga berperan penting
terhadap kesehatan ekosistem terumbu karang. Ekosistem padang lamun menyaring
sedimen yang berasal dari daratan kearah laut. Sedimen bisa berupa pasir,
lumpur atau bahkan sampah yang bisa menutupi karang dan menyebabkan karang
stres. Sedimen di ekosistem padang lamun juga dimanfaatkan menjadi materi
organik yang bisa berguna bagi ekosistem terumbu karang. Daun lamun yang
terbawa ke ekosistem terumbu karang dapat terurai menjadi senyawa yang
dibutuhkan oleh biota terumbu karang.
Pada ekosistem lamun, juga
menjadi tempat memijah beberapa biota terumbu karang, seperti ikan baronang dan
beberapa jenis bintang laut. Lamun juga merupakan makanan bagi penyu. Padang
lamun juga berperan sebagai perantara transfer materi dari ekosistem mangrove
ke ekosistem terumbu karang. Biota dari padang lamun juga bisa menjadi makanan
bagi biota terumbu karang, karena terkadang, biota dari padang lamun, baik
secara sengaja atau tidak bisa ke ekosistem terumbu karang.
Lamun mempunyai peran penting ditinjau dari beberapa aspek :
Lamun mempunyai peran penting ditinjau dari beberapa aspek :
- Keanekaragaman hayati: Padang lamun memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia diperkirakan memiliki 13 jenis lamun. Selain itu padang lamun juga merupakan habitat penting untuk berbagai jenis hewan laut, seperti: ikan, moluska, krustacea, ekinodermata, penyu, dugong, dll.
- Kualitas air: Lamun dapat membantu mempertahankan kualitas air.
- Perlindungan: Lamun dapat mengurangi dampak gelombang pada pantai sehingga dapat membantu menstabilkan garis pantai.
- Ekonomi: Padang lamun menyediakan berbagai sumberdaya yang dapat digunakan untuk menyokong kehidupan masyarakat, seperti untuk makanan, perikanan, bahan baku obat, dan pariwisata.
- Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk pembuatan kompos dan pupuk, cerutu dan mainan anak-anak, anyaman menjadi keranjan, tumpukan untuk pematang, pengisi kasur, makanan, serta dibuat menjadi jaring ikan.
- Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk penyaring limbah, stabilizator pantai, bahan untuk pabrik kerta, makanan, obat-obatan, dan sumber bahan kimia.
Karena fungsi lamun tak banyak dipahami, banyak padang lamun yang rusak
oleh berbagai aktivitas manusia. Luas total padang lamun di Indonesia semula
diperkirakan 30.000 km2, tetapi diperkirakan kini telah menyusut
sebanyak 30 – 40 %. Kerusakan ekosistem lamun antara lain karena reklamasi
dan pembangunan fisik di garis pantai, pencemaran, penangkapan ikan dengan cara
destruktif (bom, sianida, pukat dasar), dan tangkap lebih (over-fishing).
Pembangunan pelabuhan dan industri di Teluk Banten misalnya, telah melenyapkan
ratusan hektar padang lamun. Tutupan lamun di Pulau Pari ( DKI Jakarta) telah
berkurang sebanyak 25 % dari tahun 1999 hingga 2004.
Kerusakan lamun juga dapat disebabkan oleh natural stress dan
anthrogenik stress. Kerusakan-kerusakan ekosistem lamun yang disebabkan oleh
natural stress biasanya disebabkan oleh gunung meletus, tsunami, kompetisi dan
predasi. Dan anthrogenik stress bisa disebabkan :
- Perubahan fungsi pantai untuk pelabuhan atau dermaga
- Eutrofikasi (Blooming mikro alga dapat menutupi lamun dalam memperoleh sinar matahari)
- Aquakultur (pembabatan dari hutan mangrove untuk tambak memupuk tambak)
- Water polution (logam berat dan minyak)
- Over fishing (pengambilan ikan yang berlebihan dan cara penangkapannya yang merusak)
Munculnya kerusakan ekosistem lamun tersebut disebabkan karena :
- Kurangnya pemahaman dan kepedulian masyarakat akan pentingnya ekosistem padang lamun
- Kondisi kemiskinan masyarakat pesisir
- Terbatasnya alternatif penghasilan untuk masyarakat lokal
- Belum adanya pengelolaan padang lamun yang terintegrasi
- Kelemahan hukum dan upaya penegakannya
Pelestarian
ekosistem padang lamun merupakan suatu usaha yang sangat kompleks untuk
dilaksanakan, karena kegitan tersebut sangat membutuhkan sifat akomodatif
terhadap segenap pihak baik yang berada sekitar kawasan maupun di luar kawasan.
Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari berbagai
kepentingan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan
manfaatnya bilamana keperpihakan kepada masyarakat yang sangat rentan terhadap
sumberdaya alam diberikan porsi yang lebih besar.
Salah satu strategi penting yang saat ini sedang
banyak dibicarakan orang dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam, termasuk
ekosistem padang lamun adalah pengelolaan berbasis masyakaratak (Community Based
Management). Raharjo (1996) mengemukakan bahwa
pengeloaan berbasis masyarakat mengandung arti keterlibatan langsung masyarakat
dalam mengelola sumberdaya alam di suatu kawasan. Dalam strategi ini
perlu dicari alternatif mata pencaharian yang tujuannya adalah untuk mangurangi
tekanan terhadap sumberdaya pesisir termasuk lamun di kawasan tersebut,
antara lain :
- Pengelolaan Berwawasan Lingkungan : Dalam perencanaan pembangunan pada suatu sistem ekologi pesisir dan laut yang berimplikasi pada perencanaan pemanfaatan sumberdaya alam, perlu diperhatikan kaidah-kaidah ekologis yang berlaku untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang merugikan bagi kelangsungan pembangunan itu sendiri secara menyeluruh.
- Pengelolaan Berbasis Masyarakat : Menurut definisi, pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat adalah suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada manusia, dimanan pusat pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan di suatu daerah terletak atau berada di tangan organisasi-organisasi dalam masyarakat di daerah tersebut (Carter, 1996). Pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat (community-base management) dapat didefinisikan sebagai proses pemberian wewenang, tanggung jawab, dan kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola sumberdaya lautnya, dengan terlebih dahulu mendefinisikan kebutuhan, keinginan, dan tujuan serta aspirasinya (Nikijuluw, 2002; Dahuri, 2003).
- Pendekatan Kebijakan : Perumusan kebijaksanaan pengelolaan ekosistem padang lamun memerlukan suatu pendekatan yang dapat diterapkan secara optimal dan berkelanjutan melalui pendekatan keterpaduan. Pendekatan kebijakan ini mengacu kepada pendekatan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu, yaitu pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang ada di wilayah pesisir.
Sumber Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Padang_lamun
https://aripbayuadi.wordpress.com/2010/12/18/pengelolaan-ekosistem-lamun/
http://www.terangi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=236%3Amanfaat-lamun-bagi-ekosistem-terumbu-karang&catid=58%3Aekowisata&Itemid=54&lang=id
http://geoenviron.blogspot.com/2013/03/padang-lamun.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar