Indonesia merupakan
negara kepulauan yang mempunyai potensi sumberdaya alam pesisir dan
lautan yang sangat besar. Potensi sumberdaya alam ini perlu dikelola dengan
baik agar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan bangsa Indonesia
dengan tetap memperhatikan dan melakukan usaha untuk menjaga kelestariannya.
Pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan lautan yang baik diperlukan metode
dengan pendekatan multidisplin ilmu yang meliputi berbagai aspek, seperti aspek
pemanfaatan sumberdaya, kelestarian lingkungan dan aspek sosial ekonomi
masyarakat. Teknologi penginderaan jauh mempunyai kemampuan untuk
mengindentifikasi serta melakukan monitoring terhadap perubahan sumberdaya alam
dan lingkungan wilayah pesisir dan laut.
Produktivitas perikanan
di Indonesia, sebenarnya berpangkal dari iptek, seperti kurangnya informasi,
armada kapal yang handal dan penanganan pasca panen. Dalam kaitannya dengan
informasi perikanan, teknologi penginderaan jauh dapat diandalkan untuk
mengatasi masalah ini. Potensi sumberdaya perikanan/kelautan sangat erat
kaitannya dengan produktivitas primer dari suatu perairan yang dihasilkan oleh
fitoplankton. Pigmen fotosintesis yang umum terdapat pada fitoplankton adalah
kolorofil-a, sehingga hasil pengukuran klorofil-a digunakan untuk menduga
biomassa fitoplankton suatu perairan.
Apa itu Penginderaan Jauh?
Penginderaan
jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah,
atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat
tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang diuji.
(Lillesand dan Kiefer (1979)).
Penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh, mengolah
dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi
antara gelombang elektromagnetik dengan sutau objek. (Sabins (1996) dalam Kerle et al. (2004)).
Pemanfaatan data
penginderaan jauh telah banyak dilakukan dengan wilayah pesisir dan
lautan khususnya sektor
perikanan dan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan, seperti: aplikasi
penginderaan jauh untuk memberikan informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan
(ZPPI), kesesuaian lahan perairan untuk usaha budidaya laut dan pariwisata
bahari, identifikasi potensi wilayah pesisir (seperti hutan bakau, terumbu
karang, padang lamun dan pasir), zonasi kawasan konservasi laut, analisa
potensi ekonomi wilayah pesisir pulau-pulau kecil, pengamatan perubahan garis
pantai, analisa pencemaran lingkungan perairan dan lain sebagainya.
Salah satu upaya untuk
memperoleh informasi tentang potensi sumberdaya wilayah pesisir dan lautan
dalam rangka untuk mengoptimalkan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan adalah
penggunaan teknologi penginderaan jauh.
Informasi mengenai obyek yang terdapat pada suatu lokasi di permukaan bumi
diambil dengan menggunakan sensor satelit, kemudian sesuai dengan tujuan
kegiatan yang akan dilakukan, informasi mengenai obyek tersebut diolah,
dianalisa, diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk informasi spasial dan
peta tematik tata ruang dengan menggunakan SIG.
Program kemaritiman yang dicanangkan oleh Presiden Indonesia terpilih
Bapak Ir. H. Joko Widodo dapat dianggap sebagai cara pandang bangsa Indonesia
dalam memanfaatkan wilayah perairan lautnya. Pengertian negara maritim yang
dapat diartikan sebagai negara yang memanfaatkan potensi laut untuk kejayaan
negaranya, lebih memperjelas arah program tersebut, yaitu Indonesia harus
menjadi negara maritim yang dapat
memanfaatkan potensi-potensi yang ada di perairan laut Indonesia. Potensi-potensi
yang mengarah pada program kemaritiman lebih mengerucut kepada segala aktifitas
yang berada di lautan. Kekayaan laut yang utama adalah ikan dan biota laut
lainnya. Maraknya penangkapan kapal asing yang melakukan penangkapan ikan di
wilayah laut Indonesia merupakan bukti bahwa kekayaan laut Indonesia sangatlah
berlimpah.
Lapan
sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang teknologi penerbangan dan antariksa
telah lama mengembangan pemanfaatan penginderaan jauh untuk sumberdaya pesisir
dan laut. Kegiatan yang sudah dikembangkan dan terus dikembangkan adalah :
- Inventarisasi Pulau-Pulau Kecil Terluar
Pada tahun 2004, telah dilakukan
pembuatan album pulau-pulau kecil terluar yang berisi peta citra satelit (PCS)
dari berbagai data yang tersedia diantaranya Landsat 7, SPOT-4 dan IKONOS.
Selain PCS juga dibuat informasi geospasial lainnya yang diturunkan dari data
penginderan jauh yaitu penggunaan/penutup lahan, sebaran terumbu karang dan
hutan mangrove juga berisi ketinggian tanah.
- Pemantauan dan Inventarisasi Mangrove
Penelitian dan pengembangan metode
deteksi hutan mangrove telah lama dilakukan sejak adanya data Landsat 5 di
berbagai daerah di Indonesia. Tetapi pemetaan hutan mangrove eksisting baru
dilakukan sekitar tahun 1999 bekerja sama dengan Departemen Kehutanan dan IPB.
Metode yang telah berkembang sehingga bannyak instansi menggunakan metode
tersebut untuk melakukan pemetaan sendiri seperti Departemen Kehutanan,
Bakosurtanal dan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk wilayah seluruh
Indonesia.
- Deteksi/klasifikasi Terumbu Karang
- Zona Potensi Penangkapan Ikan
- Deteksi Paramater Geo-bio-fisik laut (suhu permukaan laut, klorofil, tinggi permukaan laut, dll)
Satelit terbaru untuk memantau suhu dan klorofil harian seluruh
wilayah Indonesia adalah Suomi NPP milik Amerika, yang direkam dua kali sehari
di Stasiun Bumi Parepare. Satelit ini juga mempunyai kemampuan untuk mendeteksi
cahaya di permukaan bumi pada malam hari, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
memantau cahaya lampu di laut yang mengindikasikan operasi penangkapan ikan di
laut, maupun aktifitas lainnya seperti pengeboran minyak lepas pantai.
- Kualitas perairan pesisir untuk budidaya laut
- Pengamanan laut dengan ZPPI
- Kualitas perairan pesisir untuk pariwisata bahari
- Penentuan batimetri perairan yang dapat dijadikan sebagai informasi dalam pembangunan pelabuhan (catatan: untuk perairan yang jernih)
Batimetri merupakan ukuran kedalaman daerah perairan laut yang diukur
dari atas permukaan sampai ke dasar laut. Dewasa ini teknologi penginderaan
jauh memberikan peluang untuk pemetaan batimetri secara efektif dan efisien.
Hasil ekstraksi batimetri dari citra satelit LANDSAT 8 yang diakuisisi
tanggal 10 September 2013, menghasilkan nilai kedalaman absolut pada interval 0
m sampai -7,5 m. Penelitian ini menunjukkan bahwa citra satelit LANDSAT
berpotensi untuk mengekstraksi informasi batimetri. Algoritma transformasi
rotasi Van Hengel dan Spitzer (1991) dapat digunakan untuk mengekstraksi
informasi batimetri di Pulau Menjangan Bali. Hasil ekstraksi batimetri dari
citra satelit LANDSAT 8 yang diakuisisi tanggal 10 September 2013, menghasilkan
nilai kedalaman absolut pada interval 0 m sampai - 7,5 m.
Sumber :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Penginderaan_jauh
- http://pusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/01_APLIKASI%20PENGINDERAAN%20%20JAUH%20UNTUK%20MENDUKUNG%20PROGRAM%20%20KEMARITIMAN%20draft%20Final.pdf
- http://download.portalgaruda.org/article.php?article=299846&val=7287&title=Pemanfaatan%20Pengindraan%20Jauh%20Dan%20Sistem%20Informasi%20Geografi%20Dalam%20Pembangunan%20Sektor%20Kelautan%20Serta%20Pengembangan%20Pertahanan%20Negara%20Maritim
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus